pandanganku tak sengaja melihat adhi yang duduk sendiri di teras mushola, wajahnya nampak murung padahal adhi dikenal sebagai anak yang ramai alias doyan ngomong ples mbanyol. Sesekali ia memainkan HP-nya seolah mencari-cari nama atau nomor yang tersimpan didalam memori.
Dengan segera aku datangi adhi sahabatku, “hoi sam lagi apa?” tanyaku sambil menyebut nama pangilan khususku padanya. “hei, g ada cuman nunggu hujan reda aja” jawabnya singkat tanpa menoleh kearahku. “Sory Sam, aku perhatikan akhir-akhir ini kamu banyak merenung, ada apa…kenapa?” Tanya ku. “Entahlah Dim, aku sendiri bingung, nggak seperti biasanya perasaanku seperti ini” jawabnya dengan menghela nafas panjang. “Oya Dim, gimana kabar si Mira” lanjutnya. “Wah, kamu kok tanya aku Sam, perasaan kemarin aku lihat kamu ngobrol sama anak baru itu” jawabku enteng. “ya itulah Dim, seharian ini aku tak melihatnya, aku dengar dia tidak masuk ke sekolah, aku takut gara-gara aku dia jadi tidak masuk”. “Emangnya ada apa sampai gara-gara kamu dia nggak masuk ke sekolah” jawabku curiga. “Sebenarnya kemarin itu aku nembak dia, dan hari ini seharusnya dia kasih balasan ke aku” Jawabnya setengah berbisik. “ooo, jadi gitu ceritanya, ya nyantai aja, kali aja dia lagi konsultasi ke teman-temannya kali” jawabku menghiburnya. “Tapi kenapa dia nggak masuk, aku takut sekali Dim, aku takut sekali dia menolak cintaku karena aku sangat menyukainya”. Kata Adhi yang langsung aku sambut dengan tawa terbahak-bahak. “kenapa kamu tertawa Dim”. “aku heran dan gak percaya, buaya darat macam kamu bisa jatuh hati seperti ini, padahal banyak cewek yang bertekuk lutut di kaki play boy macam kamu…ha..ha..ha” jawabku sambil tertawa.
Ke esokan harinya aku masih menemukan raut wajah yang aneh pada Adhi, tidak biasanya dia seperti ini, aku kenal sekali adhi adalah seorang play boy dan tidak menyangka dia bisa gundah gara-gara si Mira. “Gimana Sam, apa kamu sudah ketemu Mira” Tanya ku, “Sudah Dim, tapi dia hanya diam dan membalas pertanyaanku dengan senyumnya yang membuat aku tak berdaya, tolong lah aku Dim”. Jawab dia sambil memasang wajah melas. “Oke Sam aku ada ide, kebetulan besokkan hari valentine, gimana kalau kita kasih dia bunga” usulku. “wah aku malu Dim..!” jawab Adhi spontan. “Malu katamu, apa aku tidak salah dengar, buaya darat malu sama cewek” kataku heran. “itulah Dim, mungkin kali ini aku benar-benar jatuh cinta”. Jawabnya sambil menerawang “waduh, ini namnya play boy jatuh cinta hehehehe…” kataku sambil mentertawakan gelagat Adhi yang lain dari biasanya. “Ok tenang aja…besok aku yang akan memberikan bunga padanya buat kamu”. “terima kasih ya Dim kamu teman yang baik” balas Adhi kegirangan.
Hari Valenite telah tiba, ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu, aku telah menyiapkan bunga yang aku petik di pingir jalan mandiri land. Aku menunggu sampai Mira keluar dari kelas, namun hari itu dia begitu betah sekali di kelas akhirnya aku meminta bantuan Tiwi untuk menyerahkan bunga dari Adhi untuk Mira. Dari jauh aku dan Adhi melihat Mira menerima bunga yang di sodorkan Tiwi, tampak wajah bahagia berhias diwajah Adhi ketika Mira mencium bunga tersebut. “Dim, aku sudah tidak tahan lagi gimana kalau kita menemuinya hari ini, aku ingin tahu perasaannya padaku”. Ajak Adhi sambil menarik tanganku. “Eh..Sam kamu g salah tah, masak kita yang menemuinya, harusnya kamu sendiri yang menemuinya masak sama aku” jawabku menolak. “Oke, aku akan menemuinya sekarang, doakan ya” kata Adhi lalu bergegas menuju Mira.
“Mira…, maaf mengganggu, boleh aku tanya sesuatu ke kamu” tanya Adhi dengan menatap tajam ke mata Mira. “Iya, silakan” jawab Mira singka,t dengan lembut dan seyum yang membuat hati Adhi seperti runtuh. “Apa kamu menerima aku jadi pacarmu”. Kata Adhi dengan tatapan penuh harap. Sejenak waktu terdiam, Adhi terus menatap mata Mira dengan tatapan burung elang yang tajam. “Maaf Adhi, bukanya aku tidak mau menerima kamu jadi pacarku, tapi kamu terlambat”. Jawab Mira sambil menatap paksa mata Adhi. “Apa maksudmu terlambat Mira, apa kamu sudah punya pacar”. Tanya adhi penasaran. “Maafkan aku Adhi…, karena dua hari yang lalu aku telah mengakhiri kesendirian ku karena telah ada pria yang telah mengisi hatiku dan aku juga mencintainya, maafkan aku” jawab Mira berusaha mencairkan suasana yang tegang. “benarkah ini Mira, kalau boleh tahu siapakah dia pria yang beruntung itu, apa dia juga di sekolah ini?”. Tanya Adhi memelas. “benar, dan baru saja dia menitipkan bunga ini padaku”. Jawab Mira sambil menunjukan bunga pemberian Adhi yang kontan saja membuat hati Adhi berdetak lebih kencang diantara percaya dan tidak percaya. “Apakah arti semua ini Mira” tanya Adhi bingung. “Iya, ini adalah bunga pemberian cowokku, meski tidak mahal namun begitu dalam artinya bagi ku”. Jawab Mira sambil mencium dan mendekap bunga pemberian Adhi. “Apa itu artinya kamu menerima cintaku Mira?” tanya Adhi dengan mata berbinar. “Maaf Adhi aku harus mengulang perkataanku kembali bahwa aku sudah mempunya kekasih”. Jawab Mira sekali lagi. “Tapi apa arti dari bunga pemberianku itu” Tanya Adhi bingung. “Apa maksudmu dengan Bunga Pemberianmu” Balas Mira lebih bingung lagi.
Adhi menoleh kearah Tiwi dan bertanya “Apa yang kamu katakan pada Mira ketika memberikan bungaku tadi Tiwi?” “Aku gak ngomong apa-apa dhi, aku hanya bilang bunga itu dari Adim untuk Mira,… kan benar bunga tadikan titipan Adim, kan kamu juga ada di situ tadi”. Jawab Tiwi santai yang membuat Adhi dan Mira kebingungan. Ternyata terjadi salah paham diantara mereka. “Mira…Apa itu berarti, cowok yang special bagimu itu adalah Adim…?” Tanya Adhi memastikan. “Benar…, dua hari yang lalu kita sudah jadian”. Jawaban Mira yang laksana petir disiang hari bagi Adhi. Adhi berlari menemuiku. “Apa maksudmu Dim, kamu sengaja mempermainkan aku, kenapa kamu tidak bilang kalau Mira adalah pacar kamu”. Kata Adhi sambil menarik bajuku. “Maafkan aku Sam, bukanya aku mempermainkan kamu, tapi aku tidak ada kesepatan untuk menjelaskannya padamu. Tapi jujur saja aku akan merelakan Mira apabila kamu sunguh-sungguh mencintainya dan Mira juga menyukaimu, Aku sudah cukup bangga kok asal melihat kamu berubah tidak play boy lagi dan menemukan kebahagian” Jawabku. “Tapi bukan begitu cara nya Dim, kamu sudah sering kali berkoraban demi aku. Jangan kamu korbankan kebahagianmu untuk aku”. Kata Adhi sambil memelukku. “Terima kasih Sam karena kamu mau mengerti aku”. Ungkapku lega. “Sudahlah Dim, jangan di bahas lagi sekarang cepatlah temui Mira, berikan kembali bunga ini, bunga yang patas kamu berikan untuk Mira, Meski bunga di tepi jalan namun begiru besar nilainya bagi Mira karena cinta sejatinya yang memetinya”. Ungkap Adhi dan meninggalkan aku. “Oya dim, tolong cium dia atas nama aku, biar kau juga merasakannya meski lewat khayalanku” teriak Adhi sambil berlari meninggalkanku, dasar buaya darat gerutuku.
10 April 2008
Filled Under: CERPEN
CERPEN edisi 2
Bunga Untuk Mira
ronaldinho_rohim@yahoo.com
Hujan turun begitu lebat, teman-teman mengurungkan niatnya ketika hendak menerobos hujan, hal ini disebabkan hujan turun semakin lebat, apalagi angin bertiup begitu kencang. Aku memutuskan untuk nimbrung, singgasana pak timbul alias pos satpam sekolah karena kebetulan disitu banyak teman-teman lagi ngrumpi sambil menunggu hujan reda.
Tiba-tiba
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah mengunjungi blog kami, sangat senang kiranya anda menyembatkan alamat URL blog atau fFB anda.